"Forum Masyarakat Sipil Sumatera Utara (FORMASSU) menilai kondisi bangsa kian memanas akibat kebijakan pemerintah dan sikap DPR yang menyakiti rakyat. FORMASSU mendesak Presiden hingga aparat penegak hukum melakukan evaluasi menyeluruh demi meredam keresahan publik.'

Medan [Bhayangkara News] — Suasana sosial-politik di tanah air kembali memanas. Gelombang aspirasi rakyat yang mengalir ke jalan-jalan mengingatkan banyak pihak pada momen reformasi 1998. Hal ini pula yang disuarakan Forum Masyarakat Sipil Sumatera Utara (FORMASSU) dalam pernyataan sikapnya yang diterima Bhayangkara News di Medan.

FORMASSU menilai, kondisi hari ini penuh dengan kegelisahan publik akibat kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Kenaikan pajak, harga sembako yang melambung, kelangkaan BBM, praktik korupsi, hingga proyek strategis nasional yang dinilai menyimpang—semuanya menjadi deretan persoalan yang tak bisa diabaikan.

“Jika kita melihat ke belakang, situasi sekarang ini nyaris serupa dengan 1998, meski dalam bentuk yang berbeda. Rakyat turun ke jalan bukan karena ingin melawan negara, tetapi karena merasa hak dan keadilan mereka diabaikan,” ujar Ariffani, salah satu presidium FORMASSU.

Rakyat yang Tidak Didengar

Menurut FORMASSU, apa yang menyakitkan justru sikap para pengambil kebijakan. DPR RI, misalnya, dinilai malah menambah beban rakyat dengan menaikkan tunjangan perumahan anggota Dewan hingga Rp50 juta per bulan.

“Ini tidak masuk akal. Di saat rakyat menjerit karena harga kebutuhan pokok mahal, wakil rakyat justru menambah kenyamanan dirinya sendiri,” tambah Lisa Afrianti, anggota presidium lainnya.

FORMASSU juga mengkritik cara aparat kepolisian merespons aksi masyarakat. Alih-alih mengayomi, tindakan represif justru menambah luka. Tragedi meninggalnya seorang driver ojek online akibat insiden dengan aparat Brimob disebut menjadi titik balik amarah rakyat.

“Polisi seharusnya pelindung, bukan lawan rakyat. Kalau aspirasi rakyat dibenturkan dengan kekerasan, bagaimana mungkin bangsa ini bisa tenang?” kata Chairul, mengingatkan.

Lima Tuntutan untuk Negara

Dalam pernyataan sikapnya, FORMASSU merumuskan lima poin penting:

  1. Evaluasi Kebijakan – Presiden Prabowo diminta segera meninjau ulang seluruh kebijakan yang membebani rakyat, mulai dari pajak, sembako, BBM, hingga proyek nasional yang menyimpang.

  2. Introspeksi DPR – DPR harus kembali pada jati dirinya sebagai wakil rakyat. FORMASSU menegaskan, anggota DPR yang tidak mampu memenuhi amanah sebaiknya mundur.

  3. Kedewasaan Masyarakat – FORMASSU mengimbau agar masyarakat tidak terjebak dalam tindakan anarkis. Unjuk rasa boleh dihentikan sementara, tetapi menjadi peringatan bagi pemerintah dan DPR agar segera memperbaiki kebijakan.

  4. Reshuffle Kabinet – Presiden diminta mencopot menteri dan Kapolri yang dinilai mencederai nurani rakyat.

  5. Ganti Kapolri – FORMASSU menilai, kepemimpinan Kapolri saat ini telah gagal, terutama setelah tragedi yang menimpa driver ojek online.

Suara Moral di Tengah Peringatan Kemerdekaan

Menariknya, pernyataan FORMASSU ini disampaikan di tengah peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 RI. Menurut mereka, semangat kemerdekaan seharusnya menjadi momentum untuk meneguhkan kembali nilai-nilai Pancasila.

“Bendera Merah Putih jangan hanya berkibar sebagai simbol. Ia harus melambangkan keadilan sosial, keberanian, dan pengorbanan nyata. Jangan sampai Pancasila hanya berhenti sebagai retorika di podium,” tegas Marjoko, presidium lainnya.

Jalan yang Masih Panjang

Bagi FORMASSU, perjuangan rakyat bukanlah soal melawan pemerintah, melainkan mengingatkan agar negara tidak kehilangan arah. Mereka menegaskan, masyarakat sipil adalah bagian dari kontrol sosial yang justru memperkuat demokrasi.

“Kalau suara rakyat tidak lagi didengar, itu pertanda bangsa ini sedang kehilangan jiwanya. Kami hanya ingin pemerintah kembali berpihak pada keadilan sosial, sebagaimana janji dalam Pancasila,” pungkas Dedy Sofyan.

Pernyataan sikap ini ditandatangani oleh presidium FORMASSU: Ariffani, Rafdinal, Lisa Afrianti,  Marjoko, Maman Nata Wijaya, Dedy Sofyan, Lukman Hakim, Surya Ardiansyah, dan Chairul. [AF]